Plastik merupakam salah satu jenis polimer yang umumnya berasal dari minyak bumi dengan tambahan material lainnya. Pemanfaatan plastik sangat luas dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya sebagai kemasan baik kemasan pangan atau non pangan. Hal tersebut karena sifatnya yang elastis, ringan, kedap air, fleksibel, kemudahan dalam penggunaan dan produksinya yang mudah dengan biaya rendah. Namun, kemasan plastik tidak bisa terurai ditanah dan hanya sedikit mikroba yang mampu menguraikannya. Itupun dalam jangka waktu penguraian yang panjang lebih dari 500 tahun. Akibatnya limbah plastik memnyebabkan pencemaran lingkungan baik di ekosistem darat maupun ekosistem laut.
Tingginya mobilitas manusia di dunia telah meningkatkan kebutuhan akan kemasan terutama plastik. Data menunjukkan bahwa permintaan plastik terutama sebagai kemasan terus meningkat hingga 4% per tahunnya dengan sampah plastik yang terbuang mencapai 26.500 ton per harinya. Namun, sejalan dengan kesadaran akan lingkungan yang eco-friendly, kemasan bioplastik menjadi suatu terobosan dan kebutuhan pasar di dunia. Kelebihan kemasan bioplastik ini adalah mudah terurai di tanah dan kembali menjadi struktur hara tanah dalam waktu singkat.
Kemasan bioplastik sudah cukup banyak diproduksi di mancanegara,bahkan industri lokal juga sudah ada beberapa industri yang memproduksi bioplastik dari bahan pati singkong. Namun yang menjadi tantangannya adalah ketahanan terhadap panas kurang, tingkat kekuatan mekanisnya kurang, dan sangat sensitif terhadap air. Oleh karena itu, banyak peneliti dan juga produsen bioplastik mencari solusi untuk mengatasi kekurangan-kekurangan dari bioplastik ini.
Kepala BB-Pascapanen, Dr. Prayudi Syamsuri, mengungkapkan dukungannya terhadap pengembangan teknologi nano untuk kemasan ramah lingkungan dan bukan hanya untuk kemasan bahkan untuk industri lain seperti otomotif dan lainnya yang membutuhkan nano-bioplastik ujarnya.
Hingga saat ini, BB-Pascapanen telah menghasilkan teknologi produksi nanoselulosa pada skala laboratorium. Namun, produksi nanoselulosa dengan tingkat kristalinitas tinggi tentunya menjadi tantangan dalam hal konsistensi struktur kristal dan ukuran partikelnya yang seragam. Scaling up produksi nanoselulosa hingga skala industri juga masih menjadi tantangan ke depan. Namun, inovasi mendukung teknologi yang berbasis ramah lingkungan akan terus dilakukan dan ditingkatkan dengan penyediaan sumber daya manusia yang kompeten dan peralatan teknologi nano yang menjawab tantangan dunia saat ini.
Sumber : https://www.swadayaonline.com/artikel/3851/Teknologi-Nanoselulosa-Berbahan-Biomassa-Pertanian-Solusi-Kemasan-Ramah-Lingkungan/
Komentar
Posting Komentar